Monday, November 19, 2007

Wednesday, November 14, 2007

Redox Titration

In a titration you measure the quantity of one reactant that is required to consume all of another reactant. To accomplish this you measure the volume of liquid released from the buret during the procedure. The initial level of the liquid in the buret is observed and recorded. The flask containing the sample to be titrated is placed under the buret. When the purple titrant enters the flask it reacts with the colorless sample. The products of the reaction are colorless. The titrant is a purple solution. The titrant solution in the buret is added to the sample solution in the flask. At this stage all of the added titrant has reacted within the flask. We know this because the solution in the flask has reverted back to being clear and colorless. Now we are at the end point of the titration where enough titrant has been added from the buret to react with all of the reactant in the flask and the solution's color has changed slightly due to a slight excess of titrant. At this point we can take our final reading.






Picture from left to right :
Initial reading , Placing the flask ,Adding titrant.. , ..to the sample , One final squirt








Slightly pink - the end point,Final reading.




In this animation of an oxidation/reduction titration at first we see the purple titrant reacting with the colorless sample. The products of this reaction are clear and colorless so no change takes place in the sample's appearance. When the sample is completely consumed we are at the equivalence point. When any more titrant is added the color changes slightly and we are at the end point. If any more titrant enters the flask the color darkens and we have overshot the end point.







Titrant has entered the flask,Before ,After ,The equivalence point






The end point, Overshoot.



Discussion
This redox titration provides a simple example of the principle of titration and limiting reactant. Because permanganate is intensely colored, no indicator is needed. As soon as some permanganate is left over (that is, as soon as it stops being the limiting reactant) some purple color is visible. The animation sequence is designed to illustrate this on the nanoscale (atomic/molecular scale).
The equation for the reaction is
5 H2O2(aq ) + 6 H+(aq ) + 2 MnO4-(aq ) --> 5 O2(g ) + 2 Mn2+(aq ) + 8 H2O(l )

Exam and Quiz Questions
1. Why does the intense violet color of the permanganate ion disappear when the permanganate solution is first added to the hydrogen peroxide solution?
2. Why does the color of permanganate ion remain when the last addition of permanganate solution is made to the hydrogen peroxide solution?

Rokok, Laboratorium Reaksi Kimia Berbahaya


Sangat ironis memang bahwa manusia sangat memperhatikan keseimbangan alam akibat proses pembakaran bahan bakar oleh industri yang mengeluarkan polusi, tetapi dilain pihak orang-orang dengan sengaja mengalirkan gas produksi pembakaran rokok ke paru-paru mereka.
Kebiasaan merokok telah menjadi budaya diberbagai bangsa di belahan dunia. Mayoritas perokok diseluruh dunia ini, 47 persen adalah populasi pria sedangkan 12 persen adalah populasi wanita dengan berbagai kategori umur. Latar belakang merokok beraneka ragam, di kalangan remaja dan dewasa pria adalah faktor gengsi dan agar disebut jagoan, malahan ada salah satu pepatah menarik yang digunakan sebagai pembenar atas kebiasaan merokok yaitu `ada ayam jago diatas genteng, ngga merokok ngga ganteng`. Sedangkan kalangan orang tua, stres dan karena ketagihan adalah faktor penyebab keinginan untuk merokok.
Berbagai alasan dan faktor penyebab untuk merokok diatas biasanya kalah seandainya beradu argumen dengan pakar yang ahli tentang potensi berbahaya atas apa ditimbulkan dari kebiasaan merokok baik bagi dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Harus diakui banyak perokok yang mengatakan bahwa merokok itu tidak enak tetapi dari sekian banyak pamflet, selebaran, kampanye anti rokok, sampai ke bungkus rokoknya diberi peringatan akan bahaya kesehatan dari rokok, tetap tak bisa mengubris secara massal berkurangnya kebiasaan merokok dan jumlah perokok
Tulisan ini mungkin sama nasibnya dengan kumpulan aksi anti rokok yang didengungkan seperti diatas, tetapi saya mencoba membahasnya dari sudut kimia sesuai dengan literatur yang dipunyai, dengan harapan pembaca situs ini yang mayoritas dari jurusan kimia akan lebih mudah memahami ketimbang saya membahas dari sudut kesehatan, lingkungan atau industri. Sehingga mudah-mudahan setelah membaca artikel ini.setidaknya ada beberapa orang dapat berhenti merokok.





Rokok dan Reaksi Kimia (Pembakaran)
Proses pembakaran rokok tidaklah berbeda dengan proses pembakaran bahan-bahan padat lainnya. Rokok yang terbuat dari daun tembakau kering, kertas dan zat perasa, dapat dibentuk dari unsur Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N) dan Sulfur (S) serta unsur-unsur lain yang berjumlah kecil. Rokok secara keseluruhan dapat diformulasikan secara kimia yaitu sebagai (CvHwOtNySzSi).
Dua reaksi yang mungkin terjadi dalam proses merokok
Pertama adalah reaksi rokok dengan oksigen membentuk senyawa-senyawa seperti CO2, H2O, NOx, SOx, dan CO. Reaksi ini disebut reaksi pembakaran yang terjadi pada temperatur tinggi yaitu diatas 800C. Reaksi ini terjadi pada bagian ujung atau permukaan rokok yang kontak dengan udara.
CvHwOtNySzSi + O2 -> CO2+ NOx+ H2O + SOx + SiO2 (abu) ((pada suhu 800C))
reaksi pembakaran rokok



Reaksi yang kedua adalah reaksi pemecahan struktur kimia rokok menjadi senyawa kimia lainnya. Reaksi ini terjadi akibat pemanasan dan ketiadaan oksigen. Reaksi ini lebih dikenal dengan pirolisa. Pirolisa berlangsung pada temperatur yang lebih rendah dari 800C. Sehingga rentang terjadinya pirolisa pada bagian dalam rokok berada pada area temperatur 400-800C. Ciri khas reaksi ini adalah menghasilkan ribuan senyawa kimia yang strukturnya komplek.
CvHwOtNySzSi -> 3000-an senyawa kimia lainnya + panas produk ((pada suhu 400-800C)) reaksi pirolisa



Walaupun reaksi pirolisa tidak dominan dalam proses merokok, tetapi banyak senyawa yang dihasilkan tergolong pada senyawa kimia yang beracun yang mempunyai kemampuan berdifusi dalam darah. Proses difusi akan berlangsung terus selagi terdapat perbedaan konsentrasi. Tidak perlu disangkal lagi bahwa titik bahaya merokok ada pada pirolisa rokok. Sebenarnya produk pirolisa ini bisa terbakar bila produk melewati temperatur yang tinggi dan cukup akan Oksigen. Hal ini tidak terjadi dalam proses merokok karena proses hirup dan gas produk pada area temperatur 400-800C langsung mengalir kearah mulut yang bertemperatur sekitar 37C.
Rokok dan proses penguapan uap air dan nikotin
Selain reaksi kimia, juga terjadi proses penguapan uap air dan nikotin yang berlangsung pada temperatur antara 100-400oC. Nikotin yang menguap pada daerah temperatur di atas tidak dapat kesempatan untuk melalui temperatur tinggi dan tidak melalui proses pembakaran. Terkondensasinya uap nikotin dalam gas tergantung pada temperatur, konsentrasi uap nikotin dalam gas dan geometri saluran yang dilewati gas.



Pada temperatur dibawah 100C nikotin sudah mengkondensasi, jadi sebenarnya sebelum gas memasuki mulut, kondensasi nikotin telah terjadi. Berdasarkan keseimbangan, tidak semua nikotin dalam gas terkondensasi sebelum memasuki mulut sehingga nantinya gas yang masuk dalam paru-paru masih mengandung nikotin. Sesampai di paru-paru, nikotin akan mengalami keseimbangan baru, dan akan terjadi kondensasi lagi.
Jadi, ditinjau secara proses pembakaran, proses merokok tidak ada bedanya dengan proses pembakaran kayu di dapur, proses pembakaran minyak tanah di kompor, proses pembakakaran batubara di industri semen, proses pembakaran gas alam di industri pemanas baja dan segala proses pembakaran yang melibatkan bahan bakar dan oksigen. Sangat ironis memang bahwa manusia sangat memperhatikan keseimbangan alam akibat proses pembakaran bahan bakar oleh industri yang mengeluarkan polusi, tetapi dilain pihak orang-orang dengan sengaja mengalirkan gas produksi pembakaran rokok ke paru- paru mereka.
Jumlah kematian dan klaim perokok Menurut penelitian Organisasi Kesehatan dunia (WHO), setiap satu jam, tembakau rokok membunuh 560 orang diseluruh dunia. Kalau dihitung satu tahun terdapat 4,9 juta kematian didunia yang disebabkan oleh tembakau rokok. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat kimia, yang sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu kanker), selain itu juga asap dari rokok memiliki benzopyrene yaitu partikel-partikel karbon yang halus yang dihasilkan akibat pembakaran tidak sempurna arang, minyak, kayu atau bahan bakar lainnya yang merupakan penyebab langsung mutasi gen. Hal ini berbanding terbalik dengan sifat output rokok sendiri terhadap manusia yang bersifat abstrak serta berbeda dengan makanan dan minuman yang bersifat nyata dalam tubuh dan dapat diukur secara kuantitatif.
Selain mengklaim mendapatkan kenikmatan dari output rokok, perokok juga mengklaim bahwa rokok dapat meningkatan ketekunan bekerja, meningkatkan produktivitas dan lain-lain. Tetapi klaim ini sulit untuk dibuktikan karena adanya nilai abstrak yang terlibat dalam output merokok. Para ahli malah memperkirakan bahwa rokok tidak ada hubunganya dengan klaim-klaim di atas. Malah terjadi sebaliknya, menurunnya produktiviats seseorang karena merokok akibat terbaginya waktu bekerja dan merokok. Selain itu berdasarkan penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok dapat menurunkan IQ. (dari pelbagai sumber)

Tuesday, November 13, 2007

Praktikum Sel Volta

*catatan:
ingat, pada sel volta, katoda sebagai kutub (+) dan anoda sebagai kutub (-)untuk menentukan logam mana yang akan dihubungkan dengan kutub positif atau negatif, maka lihatlah urutan deret volta






-deret volta dari kiri ke kanan sukar teroksidasi(mudah tereduksi)
-karena mudah tereduksi,sesuai dengan katoda yang selalu mengalami reduksi, maka semakin kanan deret volta, semakin menjadi katoda
-oleh karena itu, dalam sel volta, katoda sebagai kutub positif-kemudian tentukanlah logam yang akan dipraktekkan, apakah sebagai kutub positif atau sebagai kutub negatif
-lalu dihubungkan dengan rangkaian lampunya,jeruk adalah elektrolit sangat lemah sehingga bisa saja terjadi nyala lampu sangat redup sekali bahkan bisa tidak hidup






Keterangan gambar:













gambar 1 : Larutan garam (sebagai elektrolit)


gambar 2 : Jeruk nipis atau jeruk lain dapat digunakan, umumnya pilih yang masam(elektrolit)









gambar 7 : Kawat tembaga, sebaiknya dipilih yang agak keras supaya tembus ke jeruk















gambar 9 : alloy kuningan, dapat digantikan jika tidak ada tembaga. Umumnya harga kawat tembaga lebih murah daripada alloy kuningan(pilih yang ekonomis tapi bermanfaat)






gambar 6 : Seng, juga dipilih agak keras agar bisa menembus jeruk

















gambar 10: rangkaian listrik dan lampunya, pada gambar ini, untuk menghubungkan kutub positif lampu dan negatif lampu memakai kawat, kawat yang langsung menempel pada lampu sebagai kutub negatif kawat yang terpisah disebelah kiri lampu sebagai kutub positif










pada gambar 4 : logam yang sudah dihubungkan ke jeruk pada sel volta,nyala lampu hanya beberapa detik saja lalu mati













Lakukan percobaan dengan logam yang lain dan elektrolit yang berbeda,dapat digunakan dengan larutan garam, coba menggunakan volt meter, hubungkan kabel voltmeter yg positif pada kutub positif logam, dan sebaliknyalihat, apakah jarum volt meter dapat bergerak.



Nb..Logam dan elektrolit yang sudah dipakai usahakan jangan dipakai lagi, aliran elektron tidak efektif lagi mengalir, jadi logam yang akan dipraktekkan jangan besar2 supaya banyak dapat digunakan
























WELCOME & LET'S JOINING WITH US !!!